Di tahun 2022, saat notifikasi Instagram mengabarkan satu pesan masuk dari seseorang yang sebelumnya hanya sekadar nama di kolom komentar atau likes. Obrolan ringan mengalir, dari stories, DM, lalu berpindah ke WhatsApp. Namun, seperti pesan yang perlahan tenggelam di antara notifikasi lain, komunikasi itu pun ikut memudar. Entah siapa yang lebih dulu diam. Tiba-tiba, semuanya berhenti. Lalu, Maret 2023 datang membawa kejutan kecil. Sebuah story tentang kucing tanpa diduga, mendapat balasan. Singkat, tapi cukup untuk membuka kembali percakapan yang dulu sempat hilang. Dari situlah semuanya dimulai kembali. Bukan dari awal, tapi dari tempat yang lebih hangat. Tak lagi canggung, tak lagi penuh pertanyaan. Hanya dua hati yang, entah bagaimana, tahu bahwa kadang pertemuan yang tertunda hanya sedang mencari waktu yang tepat untuk kembali.

April 2023 bukan tentang pertemuan besar atau janji-janji muluk. Ia datang pelan, tanpa banyak kata, tanpa banyak tanya tapi ada rasa yang mulai berubah arah. Dari yang awalnya hanya sapaan ringan, tumbuh menjadi perhatian kecil yang tak pernah absen. Ada ketulusan dalam setiap perlakuan, kesabaran dalam setiap jeda, dan dukungan yang terasa hangat meski tanpa suara. Tak lagi sekadar hadir untuk mengisi waktu, tapi mulai ada niat untuk menjadi rumah. Pelan-pelan, pembuktian itu terlihat dari usaha yang tak diumbar, dari kehadiran yang tak pernah diminta tapi selalu ada. Bukan yang terburu-buru, tapi yang tahu ke mana ingin melangkah. Dan sejak saat itu, semuanya terasa berbeda. Karena untuk pertama kalinya, ini bukan tentang sekadar rasa tapi tentang niat yang ingin dijaga.

3 September 2023. Hari yang sederhana, tapi tak akan pernah menjadi biasa. Tak ada pesta besar, tak perlu keramaian. Tapi ada satu hal yang begitu jelas terasa, ia datang, bukan lagi sekadar untuk hadir tapi untuk menetap. Di balik langkahnya yang mantap, ada banyak cerita yang tak semua mata bisa lihat. Tentang usaha yang tak pernah diumbar, tentang keyakinan yang ia jaga dalam diam, dan tentang hati yang sejak awal memang berniat untuk pulang. Ia datang dengan tenang, membawa nama baik, membawa restu, membawa bukti bahwa cintanya bukan hanya kata-kata yang manis di bibir, tapi juga nyata dalam tindakan. Semua kesabaran, ketulusan, dan perhatian yang dulu pelan-pelan ia tanam, kini bermekaran jadi satu jawaban: Ia serius. Ia sungguh. Ia ingin selamanya. Dan sejak hari itu, tidak ada lagi yang perlu diragukan. Karena yang datang bukan hanya dia—tapi juga niat, keberanian, dan janji yang ingin ia jaga seumur hidup.

Perjalanan ini bukan tentang seberapa cepat kami sampai, tapi tentang bagaimana kami bertahan. Dimulai dari perkenalan yang sederhana, tumbuh perlahan dalam diam, diuji waktu dan jarak, dan diselimuti oleh sabar yang tak pernah meminta balas. Ada hari-hari penuh tawa, ada pula malam-malam penuh tanya. Namun di tengah segala ketidakpastian dunia, kami memilih untuk tetap saling genggam, bukan karena segalanya selalu mudah, tapi karena hati ini tahu, tak ada tempat lain yang lebih ingin dituju. Dan kini, hanya tinggal beberapa waktu. 19 Oktober 2025 bukan sekadar tanggal. Ia adalah doa-doa yang dijawab satu per satu. Ia adalah saksi bahwa cinta tak pernah tumbuh karena tergesa, melainkan karena kesungguhan yang dirawat setiap hari. Kami tidak sedang menunggu akhir, kami sedang bersiap untuk awal yang sesungguhnya.